Kemenhub RI Percepat
Pembangunan Jalur Kereta Api Banda Aceh-Medan
Kementerian
Perhubungan RI bersama otoritas pemerintah Aceh pekan ini menindaklanjuti
perintah Presiden Joko Widodo guna mempercepat proses pembangunan jalur kereta
api sepanjang 500 kilometer dari Aceh menuju Medan , Sumatera Utara. Analis regional memperkirakan,
total investasi dan anggaran pengoperasian jalur kereta api dari Banda Aceh ke
Medan mencapai lebih Rp 2 Triliun. Otoritas Kementerian
Perhubungan RI mengatakan baru-baru ini, pembangunan Jalur kereta api Banda
Aceh-Medan sepanjang 508 kilometer, merupakan bagian dari program nasional
revitalisasi dan modernisasijalur kereta api trans Sumatera yang pernah digagas
oleh pemerintah priode sebelumnya.
Pejabat
Dinas Perhubungan Aceh M. Hasanuddin kepada wartawan di Lhokseumawe mengatakan
(9/4), tahun 2019 jalur Banda Aceh Medan tersebut direncanakan rampung.
Hasanuddin mengatakan,
“Diharapkan KA Jalur Aceh-Sumut ini tahun 2019 dapat berfungsi, sesuai dengan
target pemerintah, mengingat Pak Presiden Jokowi yang sangat fokus terhadap
(pengembangan) kereta api.”
Ia
menambahkan, dalam pelaksanaan pembangunan jalur tesebut pemerintah menggunakan
perencanaan yang pernah dirampungkan oleh konsorsium kereta api terkemuka
Prancis masa mereka terlibat dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh
pasca tsunami.
Pihak Kementerian Perhubungan
mengatakan, pelaksanaan pembangunan jalur KA Aceh Sumut tersebut diprediksi
mencapai Rp 2 Triliun, sementara Pemerintah pusat mengalokasikan dana sebesar
Rp 422 Milyar yang bersumber dari anggaran negara APBN.
Salah seorang Koordinator Tim
Asistensi Gubernur Aceh TM Zulfikar mengatakan, pembangunan jalur KA Aceh-Sumut
diselaraskan dengan program penyediaan dan pelayanan transportasi publik
nasional yang lebih terintegrasi, ramah, aman, nyaman, terjangkau dan
profesional.
“Perbaikan infrastruktur
(transportasi) yang memang bertujuan untuk mencapai upaya lebih baik terhadap
Aceh (Sumatera) meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan, upaya
perubahan-perubahan infrastruktur yang lebih baik, tentunya ini harus didukung
dan dipercepat prosesnya,” tambahnya.
Zulfikar optimistis dan
berharap pembangunan jalur KA sesuai target dan mendapat dukungan penuh
masyarakat.
Koordinator
Pemuda Peduli Investasi Hijau (PPIH) Maimun Saleh mengingatkan pemerintah dan
mitra, agar menghindari potensi benturan di lapangan, terutama terkait dengan
masalah-masalah lingkungan dan pembebasan lahan (tanah).
“Kita dukung membangun jalur
kereta api yang tidak mengganggu persawahan dan pemukiman warga. Jangan sampai
malah bertentangan dengan komitmen ketahanan pangan yang digagas Presiden Joko
Widodo, pembangunan jalur KA perlu dicasikan jalur alternatif jangan menggerus
sawah warga yang memang terus berkurang di Aceh,” kata Maimun.
Rencanaya, jalur kereta api
trans Sumatera yang akan di bangun berada jauh dari jalur jalan nasional.
Lintasan kereta api ini akan dibangun dua jalur sepanjang 508 kilometer yang
melintasi wilayah sentra produksi pertanian, perkebunan dan industri potensial.
Jalur KA Aceh-Sumatera Utara terintegrasi dengan pelabuhan ekspor (laut),
terutama kawasan utara dan timur provinsi Aceh, mulai dari Seumadam, Kabupaten
Aceh Tamiang hingga Kota Banda Aceh. Tahap awal, pelaksanaan pembangunan jalur
tersebut, pemerintah akan membebaskan tanah dimulai dari Kuta Blang, Aceh Utara
hingga Padang Tiji, Kabupaten Pidie di kawasan kaki pegunungan Selawah, panjang
lintasan 91 kilometer dan lebar sekitar 30 meter.
Beberapa warga Aceh memuji
inisiasi pemerintah pusat dan konsorisum global, mendukung pembangunan jalur KA
dari Aceh ke Sumatera Utara tersebut.
Warga Banda Aceh Mila Maisarah
(21) berharap, jalur KA Banda Aceh Medan cepat rampung, dan dapat dinikmati
masyarakat, ekonomi lebih bangkit terutama berdampak kepada sektor pariwisata.
“Kalau ada kereta api nanti,
pelayanannya harus lebih berkualitas. Soal harga (tiket) mahal wajar. Berdampak
bagi pariwisata, turis punya alternatif mengakses seluruh pelosok Aceh,” ujar
Mila.
Beberapa
analis investasi regional mengatakan, sejumlah negara di dunia dapat menjadi
mitra strategis Indonesia dalam program revitalisasi dan modernisasi sistem
kereta api nasional yang lebih komprehensif dan terintegrasi, beberapa
diantaranya Perancis, Jerman, AS, Rusia, Kanada, China, dan Jepang.
Pakar
mengatakan, masa Hindia Belanda berkuasa, selain di pulau Jawa, pembangunan rel
KA pertama di Sumatera pernah dibangun di Aceh pada 1874, kemudian menyusul
Sumatera Utara pada 1886, Sumatera Barat tahun 1891 dan Sumatera Selatan pada
1914. Pembangunan infrastruktur Kereta api pertama di Indonesia diawali di
pulau Jawa pada tahun 1864.
Modalitas Pengadaan Infra Struktur
Modalitas
pengadaan infrastruktur sangat tergantung dengan sumber pendanaan proyek. Di Indonesia,
sumber pembiayaan proyek dapat berasal dari APBN/D, KPS, BUMN dan juga
perusahaan swasta sendiri. Proyek infrastruktur yang dibiayai biasanya untuk proyek-proyek
infrastruktur rutin ataupun proyek fisik Pemerintah yang tidak bisa menghasilkan
pendapatan, seperti: jalan negara, jembatan, dan lain-lain. Sementara itu untuk
proyek KPS merupakan proyek yang mengikuti Perpres 67/2005 dalam proses
tendernya. Untuk proyek KPS ini biasanya dapat mengajukan penjaminan ataupun VGF
yang berupa subsidi konstruksi (“Capex”) sesuai dengan aturan Menteri keuangan
PM k 223/2012. Sedangkan proyek-proyek BUMN ataupun swasta merupakan proyek yang
dibangun dan dibiayai oleh BUMN ataupun perusahaan swasta. Biasanya untuk proyek
ini dibiayai dari ekuitas dan pinjaman bank atau lembaga keuangan
Metode
Analisa
Sebelum
sampau pada tahapan modalitas dan pengerjaaan, proyek kerja sama ini harus
masuk dalam tahap metode analisis, dimana pada tahap ini protek ditinjau dan
akan ditentukan lauak atau tidaknya untuk dilanjutkan ke tahap pembangunan.
Referensi :