Sebenarnya apa sih green
arsitektur itu ? Green Arsitektur itu adalah ilmu membangun yang berorientasu
kepada alam. Tapi pada kenyataannya, Indonesia sendiri telah salah kaprah
tentang itu, seperti yang sering saya utarakan asal warnanya hijau disebut
green, asal ada pohon 1 yang besar disebut green. Ya kurang lebih seperti itu.
Sejatinya green sendiri
berorientasi pada alam, maka sikpa kita juga harus mengacu pada alam, mengapa ?
Karena orientasi kita kesana maka kita juga harus bersikao demikian, tidak
boleh malah menggagu ekosistem dan malah merusak apa yang seharusnya dijaga. Bukan
hanya hasil, bukan hanya sekedar warna, tapi mulai dari proses dan dan bahan
yang digunakan harus green.
Sebenarnya kalo mau ditelaah
lebih jauh, penyumbang kerusakan alam paling tinggi yaitu dunia arsitektur,
bagaimana tidak ? Mau bangun lahannya banyak pohon, tebang habis. Mau bikin
bata, gali tanah ampe bikin lubang buat lingkungan. Mau bikin furniture buat
interior, tebang hutan ambil kayu sebanyak-banyaknya. Bukankah demikian ?
Mungkin tidak secara keseluruhan, tapi secara garis besar demikian.
Maka dari itu, dunia arsitektur
telah banyak merusak, jangan lebih parah merusak dengan melakukan hal-hal yang
dapat merusaknya lebih jauh, apa yang kita buat harus sepadan degan apa yang telah
kita rusak, atau bahkan harusnya lebih baik. tapi bukan itu saja, tapi prilaku
dan globalisasi juga mengambil peran penting bagi lingkungan.
Globalisasi membawa perilaku
konsumtif dimana dalam hal ini ada beberapa item dampak dari perilaku ini,
yaitu bahan plastik. Bahan plastik ini sekarang kencenderungan dan trend
dikalangan masyarakat Indonesia, ini menjadi masalah karena apa ? Karena bahan
ini membutuhkan waktu bertahun2 agar benar-benar terurai sempurna, tentu ini
aka mengganggu ekosistem. Padahal dahulu masyarakat Indonesia hanya menggunakan
tas untuk berbelanja, saya pikir itu keren dan tidak merusak dibandingkan
sekarang. Mungkin plastik dapat terurai dengan cepat dengan api, tapi asapnya
masalah baru. Tidak semua yang klasik itu norak, dan kampungan, gaya hidup
masyarakat desa yang seperti saya bilang, berbelanja hanya membawa tas belanja
tanpa perlu plastik lago merupakan pola pikir modern yang alami masyarakat
Indonesia, tapi mulai rusak oleh budaya barat, ketika barat mulai sadar bahwa
budaya itu merusak, mereka beralih kebudaya yang kita punya, namun ketika
mereka mulai beralih, masyarakat Indonesia malah terjebak pada sebuah sebuah
budaya yang sejatinya merusak ini.
Tentu ini pekerjaan yang rumit,
bukan hanya bagi para pemimpin, masyarakat, tentunya juga bagi dubia
arsitektur. Karena sebenarnya arsitektur itu selain ilmu tentang bangunan,
tentu juga kehadirannya dapat sebagau orientasi perilaku dan sikap bagi
masyarakat sekitar, sebagai contoh, ketika kita membuat sebuah taman, dan
ditaman ini ada sebuah danau, untuk mencapai kesana kita buat jalan, jalan itu
mengharuskan orang-orang yang ingin kesana harus melati jalir kanan pada sebuah
pertigaan, maka dengan sendirinya mereka akan melewatinya, karena arsiteklah
yang telah mengorientasikannya. Jadi intinya kita harus sekali lagi
memasyarakatkan apa itu green arsitektur, jadi bukan hanya kalangan terpelajar
atau yang bergelar sarjana saja yang memahaminya, naumung seluruh lapisan
masyarakat.