Apa itu green plan ? Green plan
sendiri adalah proses perencanaan yang meliputi beberapa wilayah dalam skala
yang besar yang berorientasi pada alam. Tentu saja bukan hanya hasilnya saja
yang hijau, tapi mulai dari proses dan bahan yang diterapkan harus hijau semua,
tidak boleh merusak alam.
Jika kita berbicara soal green
plan, tentu ini adalah hal yang tabu untuk Indonesia, terutama dunia arsitektur
Indinesia itu sendiri. Dunia arsitektur Indonesia telah keliru mendifinisikan
kata green dalam berarsitektur. Green secara luas itu hijau yang berorientasi
pada alam, baik itu proses, bahan, dan hasil. Tapi Green di Indonesia itu asal
rumah di cat hijau disebut green, asak ada pohonnya 1 besar disebut green.
Tentu saja jika bahas lebih
jauh ini akan menjadi pelik dan sukar untuk dipahami, tetapi ringkas saja bahwa
Indonesia telah keliru, ini salah siapa ? Mungkin juga efek dari meniru gaya
asing yang disebut minimalis, dengan dalih ingin yang simple, sederhana, tapi
bagus malah jadi salah kaprah. Padahal untuk lingkungan itu ga ada kata
sederhana, harus benar-benar matang dipikirkan, agar apa yang kita buat tidak
merusak lingkungan, malah harusnya kita membantu alam yang telah banyak memberi
buahnya pada kita.
Saya menyebutkan, definisi dari
green aresitektur saja sudah salah bagaimana kita mau melanjukan ke tahap green
plan ? Dasarnya saja sudah salah, pantas negara kita makin kumuh dan makin
mirip tempat sampah. Kita lihat saja Jakarta, ini adalah bukti besar rusaknya
dunia arsitektur Indonesia, ini ibu kota loh !!
Kota harusnya terplaning dengan
baik sebelum dibangun ini itu, harus dipisahkan mana kawasan industri, mana
kawasan perkantoran, kawasan hijaunya berapa persen, dan sebagainya,
gamblangnya seperti itu. Dari artikel yang pernah saya baca, dahulu Jakarta
memang kota terplaning, dan master plannya itu iyalah orang Belanda (jaman
penjajahan), dan setahu saya kirang lebih target warga yang dapat menempati
jakarta itu hanya sekitar 1000 jiwa jika diumpamakan, karena saya lupa
tepatnya. Namun sekarang Jakarta ditinggali oleh 10x dari kapasitas yang
harusnya 1000 jiwa itu. Faktor jumlah ini juga yang menjadi kendala untuk green
plan di jakarta. Bahkan yang lebih parah saat ini Jakarta itu hanya memeiliki
sekitar 0,5% lahan terbuka hijau dari lahan keseluruhan, hanya 0,5 !! Jumlah
yang sangat kecil untuk sebuah Ibu Kota.
Jika dibandingkan dengan
kota-kota lain di luar negeri mungkin Jakarta salah satu yang terendah
penghijauannya. Kita coba sedikit bandingkan dengan kota Sejong di Korea. Kota ini
merupakan kota lama yang direkontruksi oleh Korea, kota ini kelak yang akan
menjadi ibu kota negara Korea Selatan. Kota ini masih dalam tahap pembangunan,
dalam proses pembangunannya saja sudah terlihat matang, mereka menggunakan
semua master plan hebat untuk membangun kota ini, dan jika telah jadi kota ini
diperkirakan menjadi salah satu kota dengan lahan terbuka hijau terkuas didunia
yaitu berkisar 26% dari keseluruhan luas lahan.
Jika terus menbandingan pasti
tak ada habisnya, pasti akan terus jauh dan jauh tertinggal, ada baiknya kita
mulai membenahi sistem pembangunan di Indonesia, ga usah muluk-muluk ingin
bangun kota hijau, nyewa arsitek atau master plan mahal buat bikin green plan
yang wowable, kota mulai yang sederhana dulu, meluruskan definisi green,
memasyarakatkan green arsitektir kepada masyarakat luas, jangan hanya
orang-orang yang bergelar sarjana arsitek saja yang mengerti apa itu green
arsitektur dan bagaimana menyikapinya, tapi harus memasyarakatkan trend green
arsitektur agar semua ikut serta dalam upaya Green Plan untuk Indonesia
kedepan.
No comments:
Post a Comment