Welcome


WELCOME TO CORETAN PASCAL

Sunday, 25 January 2015

Green Plan

Apa itu green plan ? Green plan sendiri adalah proses perencanaan yang meliputi beberapa wilayah dalam skala yang besar yang berorientasi pada alam. Tentu saja bukan hanya hasilnya saja yang hijau, tapi mulai dari proses dan bahan yang diterapkan harus hijau semua, tidak boleh merusak alam.
Jika kita berbicara soal green plan, tentu ini adalah hal yang tabu untuk Indonesia, terutama dunia arsitektur Indinesia itu sendiri. Dunia arsitektur Indonesia telah keliru mendifinisikan kata green dalam berarsitektur. Green secara luas itu hijau yang berorientasi pada alam, baik itu proses, bahan, dan hasil. Tapi Green di Indonesia itu asal rumah di cat hijau disebut green, asak ada pohonnya 1 besar disebut green.
Tentu saja jika bahas lebih jauh ini akan menjadi pelik dan sukar untuk dipahami, tetapi ringkas saja bahwa Indonesia telah keliru, ini salah siapa ? Mungkin juga efek dari meniru gaya asing yang disebut minimalis, dengan dalih ingin yang simple, sederhana, tapi bagus malah jadi salah kaprah. Padahal untuk lingkungan itu ga ada kata sederhana, harus benar-benar matang dipikirkan, agar apa yang kita buat tidak merusak lingkungan, malah harusnya kita membantu alam yang telah banyak memberi buahnya pada kita.
Saya menyebutkan, definisi dari green aresitektur saja sudah salah bagaimana kita mau melanjukan ke tahap green plan ? Dasarnya saja sudah salah, pantas negara kita makin kumuh dan makin mirip tempat sampah. Kita lihat saja Jakarta, ini adalah bukti besar rusaknya dunia arsitektur Indonesia, ini ibu kota loh !!
Kota harusnya terplaning dengan baik sebelum dibangun ini itu, harus dipisahkan mana kawasan industri, mana kawasan perkantoran, kawasan hijaunya berapa persen, dan sebagainya, gamblangnya seperti itu. Dari artikel yang pernah saya baca, dahulu Jakarta memang kota terplaning, dan master plannya itu iyalah orang Belanda (jaman penjajahan), dan setahu saya kirang lebih target warga yang dapat menempati jakarta itu hanya sekitar 1000 jiwa jika diumpamakan, karena saya lupa tepatnya. Namun sekarang Jakarta ditinggali oleh 10x dari kapasitas yang harusnya 1000 jiwa itu. Faktor jumlah ini juga yang menjadi kendala untuk green plan di jakarta. Bahkan yang lebih parah saat ini Jakarta itu hanya memeiliki sekitar 0,5% lahan terbuka hijau dari lahan keseluruhan, hanya 0,5 !! Jumlah yang sangat kecil untuk sebuah Ibu Kota.
    Jika dibandingkan dengan kota-kota lain di luar negeri mungkin Jakarta salah satu yang terendah penghijauannya. Kita coba sedikit bandingkan dengan kota Sejong di Korea. Kota ini merupakan kota lama yang direkontruksi oleh Korea, kota ini kelak yang akan menjadi ibu kota negara Korea Selatan. Kota ini masih dalam tahap pembangunan, dalam proses pembangunannya saja sudah terlihat matang, mereka menggunakan semua master plan hebat untuk membangun kota ini, dan jika telah jadi kota ini diperkirakan menjadi salah satu kota dengan lahan terbuka hijau terkuas didunia yaitu berkisar 26% dari keseluruhan luas lahan.
Jika terus menbandingan pasti tak ada habisnya, pasti akan terus jauh dan jauh tertinggal, ada baiknya kita mulai membenahi sistem pembangunan di Indonesia, ga usah muluk-muluk ingin bangun kota hijau, nyewa arsitek atau master plan mahal buat bikin green plan yang wowable, kota mulai yang sederhana dulu, meluruskan definisi green, memasyarakatkan green arsitektir kepada masyarakat luas, jangan hanya orang-orang yang bergelar sarjana arsitek saja yang mengerti apa itu green arsitektur dan bagaimana menyikapinya, tapi harus memasyarakatkan trend green arsitektur agar semua ikut serta dalam upaya Green Plan untuk Indonesia kedepan.


No comments:

Post a Comment