Ketika itu, tepatnya pada 17 januari ku menemukan seekor burung kecil yng sedang terluka, burung itu sangat indah, namun sayapnya patah. Tak seorang pun disana yang ingin merwatnya. Ku lewt dan terhenti sejenak ketika ku melihat raut wajah menahan kesakitannya itu, tak tega ku melihatnya ku segera bergegas membawa pulang kerumah ku. Sesampainya dirumah kurawat dia dan kuperlakukan dengan sangat istimewa. Hingga beberapa hari berlalu luka disayapya pun perlahan sirna, hingga pada akhirnya luka di sayapnya itu pulih benar. Ingin segera kulepaskan dia, namun aku terlanjur menyukai burung kecil itu. Hingga akhirnya aku putuskan untuk memeliharanya.
Segera ku bergegas untuk membelikan sebuah sangkar untuk burung itu. Disebuah toko yang ak jauh dari rumah ku,ku melihat sangkar indah yang seluruh bagiannya terbuat dari emas. Tanpa pikir panjang segera kubeli dan kubawa pulang sangkar itu. Sesampainya dirumah burung kecil itu segera ku letakan disangkar yang baru saja kubeli tadi. Ku beri dia makan dan minun, tak pernah dia kekurangan. Sepertinya burung itu sangat senang, batin ku setiap ku dengar suara kicaunya di pagi hari.
Hari demi hari berlalu, hingga kudapati suatu ketika burung kecil kesayanganku itu gelisah dan tampak murung. Hatiku terus saja bertanya-tanya, kenapa dengan burung ini ?? Setiaphari yang biasanya berkicau dengan merdu kini hanya bisa terdiam. Makanan dan minuman yang kusediakan pun tak sedikitpu disentuhnya. Apa yang kurang ? Padahal semua yang kau butuhkan telah aku penuhi, namun kenapa kau hanya bisa terdiam. Namun kuhiraukan saja semuanya itu, mungkin nanti juga burung itu akan kembali seperti kemarin. Hari pun berlalu, pagi harinya kudapati burung itu semakin lesu. Ternyata dugaan ku salah, sepertinya ada sesuatu yang kurang namun apa ?? Padahal semua telah aku berikan, sangkar emas, makan dan minun, perawatan rutin setiap hari. Setelah ku mencoba merenung sejanak ku dapat kan sebuah jawaban, “KEBEBASAN”. Mungkin itu yang membuatnya bersedih. Meski ku berikan semua, meski sangkarnya terbuat dari mas sekali pun, namun burung itu terbelenggu dan tak merasa bebas. Ku sadar ku telah menjadi orang yang jahat, ku telah merenggut kebebasannya ku ambil hari-harinya hanya demi ego ku. Tanpa pikir panjang segera kulepaskan burung kecil itu, walau berat namun itu yang terbaik untuk kehidupannya.
No comments:
Post a Comment